Minggu, 03 April 2016

Saatnya Halal Menjadi Gaya Hidup

 

Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.


~ QS. Al Baqoroh 168 ~

Darurat makanan halal, sepertinya hal itu semakin lama semakin nyata di Indonesia. Di saat jenis makanan semakin beragam, namun beragam pula cara manusia untuk mencuranginya. Salah satunya adalah dengan mencampurkan bahan-bahan yang tidak layaknya ada di dalam makanan, apalagi makanan seorang muslim.
Seorang muslim haruslah mengkonsumsi sesuatu yang halal dan baik. Baik di sini adalah tidak menyakiti dirinya sendiri. Sebagai contoh air putih yang halal, namun jika minumnya berlebihan hingga menyebabkan tubuhnya sakit, maka itu tidak diperbolehkan
Selama ini seorang muslim mengetahui halal dan haram untuk sesuatu yang sudah benar-benar nyata. Seperti daging babi, alkohol, atau dagung anjing yang memang sudah nyata keharamannya. Namun seiring berkembangnya teknologi, hal-hal yang nyata haram bisa menjadi samar, tidak jelas. Salah satunya adalah penggunaan derivate atau keturunan dari hal-hal yang jelas haram tersebut. Air yang awalnya halal, setelah diproses menggunakan arang aktif yang terbuat dari tulang babi, maka akan berubah menjadi subhat.
Bukan hanya dalam hal makanan. Bisa jadi benda-benda di sekitar kita juga terbuat dari derivate sesuatu yang haram tersebut. Siapa yang tahu kalau ternyata kuas make up ada yang terbuat dari bulu babi, sepatu kulit yang dibuat dari kulit babi, sabun mandi yang menggunakan lemak babi, atau juga penyedap rasa yang dalam proses pembuatannya menggunakan enzim babi sebagai katalisatornya.
Semua hal tersebut tak terlihat secara kasat mata. Karenanya jarang disadari oleh muslim. Makanan yang awalnya halal, karena bersentuhan dengan bahan haram, akan berubah jadi subhat. Dengan latar belakang fenomena inilah, maka diperlukannya Sertifikat Jamian Halal (SJH).


“Yang halal itu sudah jelas dan yang haram pun sudah jelas; dan di antara keduanya ada hal-hal yang musytabihat (syubhat, samar-samar, tidak jelas halal haramnya), kebanyakan manusia tidak mengetahui hukumnya. Barangsiapa hati-hati dari perkara syubhat, sungguh ia telah menyelamatkan agama dan harga dirinya.”
~ HR Muslim ~

Banyaknya produk yang tidak jelas kehalalannya beredar di masyarakat. Hal ini di latar belakangi oleh perkembangan teknologi yang tentu saja tidak dapat dihindari, yang dapat menyamar sesuatu yang jelas haram menjadi tak terlihat. Adanya serbuan produk dari negeri barat yang nyata-nyata tidak mengindahkan aspek halal haram juga tidak dapat dipungkiri lagi. Hal lainya adalah adanya kecurangan produsen yang mencampurkan bahan-bahan yang nyata-nyata haram yang terkadang hanya demi mengejar keuntungan. Di sisi lain ketidak tahuan konsumen itu sendiri tentang derivat produk haram yang digunakan ataupun dicampurkan ke dalam produk juga dapat menyebabkan sesuatu yang awalnya halal menjadi haram. 
Karenanya, SJH dikeluarkan oleh MUI sebagai bagian dari perlindungan nyata bagi konsumen terutama konsumen yang muslim. Selama ini, perlindungan konsumen terutama muslim terhadap produk halal masih dianggap sangat lemah. Yang dimaksud dengan halal di sini bukan hanya sebatas tidak bercampur dengan barang yang nyata haram namun juga derivatnya. Tidak berhenti sampai di situ, proses penyimpanan, pengolahan, penjualan, transporatsi tidak berhubungan dengan barang haram. Lebih jauh lagi, makanan halal juga dapat dilihat dari bagaimana cara memperolehnya.


Dalam rangka mengkampanyekan halal, terutama halal food sebagai bagian dari gaya hidup, Tsabita Cake and Bakery bekerjasama dengan beberapa pihak menyelenggarakan Talk Show Halal Fodd And Lifestyle. Mengambil tempat di ball room lantai 5 Swiss Bell in Hotel Solo hari Ahad tanggal 3 April 2016, Tsabita juga melaunching program Tsabita Halal Boga sebagai bagian dari komitmen Tsabita untuk menghadirkan makanan halal bagi penikmat kuliner. Acara ini juga menghadirkan beberapa nara sumber, di antaranya adalah asrtis muda Diza Hanifah, Taufik Kasturi seorang Psikolog, dan juga Husin Syarbini seorang Pakar Halal Food.
Diza Hanifah didaulat sebagai Brand Ambasador Tsabita. Artis pemeran Diza di film Preman Pensiun ini dinilai dapat mempertahankan komitmennya untuk memilih makanan halal di antara kesibukannya sebagai artis. Meski sering dianggap lebay oleh teman-temannya karena selalu menanyakan kehalalan makanan setiap akan membeli makanan baik di restoran maupun pedagang kali lima, namun Diza menganggap ini adalah bagian dari keyakinannya sebagai seorang muslim.
"Diza memilih nggak makan dari pada makan sesuatu yang jelas kehalalannya. Awalnya teman-teman menganggap Diza berlebihan, namun akhirnya mereka mengerti bahkan jadi ikut-ikutan Diza," Ujar gadis berusai 19 tahun yang kini kuliah di jurusan Akuntansi Universitas Padjajaran Bandung ini.
Taufik Kasturi, seorang Psikolog yang juga sebagai narasumber di acara ini memberikan penjelasan bagaimana segala sesuatu yang dimakan manusia pada akhirnya akan mempengaruhi sikap dan tingkah lakunya. Maka tak salah jika ada yang mengatakan you are what you eat.
"Makanan mempengaruhi perilaku. Makanan mempengaruhi aliran darah pemakannya. Aliran darah turut menentukan baik buruknya pribadi seseorang. Makanan haram dan halal sangat kuat mempengaruhi jiwa. Jika darah yang mengalir adalah makanan haram, jiwa tercemar kesuciannya. Jika jiwa tercemar akan menjustifikasi perilaku buruknya. Jiwa yang tercemar akan merasa nyaman saja dengan perbuatan dosa," kata Dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta ini.
Lalu jika yang beredar di pasaran adalah produk derivat dari yang haram, tentu akan sulit mengidentifikasinya. Husin Syarbini sebagai seorang pakar teknologi pangan memberikan tips cara mengidentifikasi produk turunan babi yang bayak digunakan pada barang-barang yang beredar di sekitar kita. Jika sudah jadi produk akhir, sesuatu yang haram memang sulit diketahui. Maka salah satu caranya adalah dengan melihat daftar bahan yang digunakan. Kenali juga istilah lain dari barang haram tersebut. Sebagai contoh adalah babi. Dalam hal ini daging babi memiliki beberapa macam istilah. Ada Bacon (babi yang diasinkan), Ham (babi yang diasinkan, diasapkan, diawetkan), Char Siew (isian daging babi), Bak (bakso, bakmi, bakpia -->> meski sekarang sudah banyak yang diganti dengan daging yang halal), Pig (babi di bawah 4 tahun), dan juga Pork.
"Untuk daging babinya sendiri dapat dibedakan dari daging sapi dengan melihat teksturnya. Daging babi banyak mengandung lemak, tidak berserat. Ini sangat berbeda dengan daging sapi yang sedikit lemak dan banyak mengandung serat," jelas Sabrini. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah penggunaan bagian tubuh babi sebagai bahan baku pembuatan barang. Tambahnya, "jika kulit yang digunakan sebagai bahan pembuatan sepatu terbuat dari babi, maka teksturnya akan ditemukan 3 bintik yang menyerupai titik. Begitu pula dengan kuas kosmetik yang terbuat dari bulu babi, maka kuas tersebut memiliki tekstur semakin ke atas semakin halus dengan ujung bulu yang bercabang."


Kebanyakan dari kita memilih makanan karena rasa, jumlah, dan juga harganya yang murah tanpa memperhatikan aspek kehalalannya. Padahal sebenarnya banyak sekali manfaat jika kita memperhatikan kehalalan makanan yang kita santap, dan juga barang-barang yang kita gunakan. Di antara hikmahnya adalah terjaganya keseimbanga jiwa untuk tetap mentauhidkan Alloh, menumbuhkan sikap juang yang tinggi karena senantiasa berusaha menjaga kehalalan, membersihkan hati dan menjaga lisan karena segala sesuatu yang halal akan meningkatkan kualitas kesalihan. serta menumbuhkan kepercayaan diri di hadapan Alloh karena Alloh akan selalu mendengar setiap do'a kita.
Nah, kalau sudah begini tak akan ada kata ragu lagikan dalam memilih segala sesuatu yang halal. Karena bagaimanapun juga, yang halal jauh lebih baik ^^



Related Post :

14 komentar:

  1. sepakat mb, halal untuk hidup dan hidup halal

    BalasHapus
  2. soal produk turunan itu Mbak, yang susah untuk didetekti orang umum

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Bun. Karenanya diharapkan untuk lebih banyak mencari tahu produk turunannya apa saja :)

      Hapus
  3. Makasih mba .Uti sudah menyimak. Harus waspada dan hati hati ya

    BalasHapus
  4. Waaah penting banget nih infonya.. Sebagai muslim memang pasti harus banget ya mbak menjauhi makanan dan segala macam benda yang ada unsur haramnya.. Makasi infonya ya Mbak.. :)

    BalasHapus
  5. sangat sepakat
    Halal harus menjadi keseharian
    salam sehat dan sukses amin

    BalasHapus
  6. Sangat setuju dengan postingan ini mbak. Ulasannya sangat menarik. Senang sekali dapat berkunjung ke laman web yang satu ini. Ayo kita upgrade ilmu internet marketing, SEO dan berbagai macam optimasi sosial media pelejit omset. Langsung saja kunjungi laman web kami ya. Ada kelas online nya juga lho. Terimakasih ^_^

    BalasHapus
  7. Jazakallah Hana atas infonya

    BalasHapus

Terima kasih telah berbagi komentar